Agak lama tak lagi berdamai dengan alam dan gunung-gunung tinggi, menapaki setapak-setapak basah, aroma hutan tropis, puncak-puncak sejati tampaknya membuat kerinduanku semakin menggebu. Seakan hampir meledak kerinduanku akan hobiku yang satu ini sedikit membuat torehan-torehan memori silam dalam otakku mulai kembali berdendang. Aroma persahabatan, banyolan-banyolan konyol kala mendaki, napas yang terhengal akibat paru-paru terkontaminasi asap rokok dan polusi kota, kata-kata kasar yang terkadang terlantun akibat kecapean, kopi hitam dot com, senda-gurau sesama rekan seperjalanan ataupun siulan-siulan sumbang dari bibirku untuk menemani tracking kala sendiri dan gak ada teman yang bisa diajak mendaki hehehe, sunset & sunrice, basahnya embun di daun kala pagi, aroma hutan pinus, sejuknya air danau-danau ajaib di ketinggian, damainya pelataran puncak-puncak, hangatnya api unggun alakadarnya di depan tenda atau flysheet, trapersing/merangkak di tebing-tebing yang menghiasi perjalanan, sosorodotan di tanah licin, jurang-jurang yang selalu mendendangkan lagu kerinduan, awan-awan yang bercanda menemani perjalanan di kanan-kiriku (negeri di awan-KLa Project), pahit-getirnya perjalanan, cerita-cerita mistis (yang Alhamdulillah tak pernah kualami :P), hujan badai, letupan kawah-kawah, nyanyian merdu sang burung and much more.
Kadang teman-teman yang gak suka naek gunung berceloteh apa sih enaknya naek gunung? yak mungkin itu yang terlintas dipikiran orang-orang yang tidak suka berdamai dengan alam. Udah capek-capek naek ke puncak gunung, eh turun lagi, kayak orang gak ada kerjaan aja. Huah kalau saja yang mencelotehi itu tak kukenal, mungkin kepalan tanganku bisa mendarat dimukanya whehehe kerassss. Cape memang tapi ketika kita kembali dari perjalanan yang tersisa adalah cerita dan juga kerinduan untuk lagi menapaki lebatnya belantara dan tingginya gunung.
Just joke, ya mungkin itulah perbedaan antara orang yang hobi dan juga orang yang masih belum tau kenikmatan mendaki gunung. Memang sih susah jika diungkap dengan kata-kata, artikulasi kenikmatan bisa saja berbeda-beda tentang perjalanan, dalam hal ini mendaki gunung.
Baru tanggal 9 Desember tahun ini aku absen untuk evaluasi diri di puncak tertinggi setelah sebelumnya hampir setiap tanggal 9 Desember naek atau sekedar mencari tempat-tempat untuk menyendiri, yang jelas di alam terbuka dan jauh dari bisingnya kota dan problematika kehidupan sehari-hari.
Semoga masih tersisa esok untuk lagi kutapaki gunung-gunung tinggi, lebat belantara dan juga puncak-puncak terdamai.
--------------------------------------------------------------------
Once You've climbing mountain, You've got A Million Story To Tell
"Naek Turun Gunung Loe Kira Kagak Cape ?!!"
Dalam Bivouac:
Outdoor Things
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 Komentar:
hmmm... rindunya aku pada tanah tinggi, semilir dingin udara hujan, dan suara panggilan alam, serta elevasi tanjakan cinta.. kapan bisa ku (dan kita bersama) tapaki lagi dataran tua itu?
ahhh... kapana atuh, bRO?
yup bro miss this thing so bad hehehe.,yap kapan tuh kita kondisikan,.tadi aja baru daku dan angga omongin whehehe situ lembang aja, kita camping ground dulu,.ntar kalo ada waktu lagi tu tanjakan cinta kita tapaki bersama hehehe
Post a Comment