Monolog Demam

***Dalam senyap. Dalam kesakitanku.Dalam kamar pengap dan ruang abstrak.Lewat lidah pena aku bicara. Kutorehkan pada kertas yang terlipat agak lusuh

***Ugh mengapa menjadi sunyi?Panas tubuhku meninggi. Aku demam lagi...Aku menggigil. Kutarik sarungku lalu kubalutkan di sekujur tubuhku.

***Di luar hujan, atau bahkan badai!Lidah petir menari-nari di pelupuk mata ketika kulongokkan kepala di sela jendela yang mengangaMereka, petir-petir itu menggonggong tak bosan-bosan. Seperti sedang mengobrol, bercloteh, berdialog, berargumen, atau mungkin ngrumpi satu dan yang lainnya.

***Mereka disana, dan aku disini. Mereka di luar sana melantunkan senandung dan tarian. Sedangkan aku di dalam kamar ini mendengarkan lantunan suara-suara sumbang tepat dari radio butut itu. Aku menggigil, aku merintih demamku kian menjadi.

***Ah..., tiba-tiba Aku rindukan sesuatu. Sesuatu yang mungkin bisa menghangatkanku kala ini. Wanita cantik, segelas kopi panas ataukah sebatang rokok? Mungkin untuk sementara waktu kopi dan rokok dulu lah, wanita cantiknya lain kali haha. Tak lagi aku indahkan kali ini sakitku, beribu peluh yang keluar sampai menembus kaos kumalku, atau apalah yang selalu menyapaku.

***Kali ini yang harus kunikmati adalah segelas kopi panas dan juga sebatang rokok yang belum juga kunyalakan sedari tadi. Ah..., nikmat...,

0 Komentar:

Post a Comment

 
Berita Terbaru dan Terkini 2011
Blogger Template by Mr.PK Host at Blogger.com